Seragam merah putih yang melekat ditubuhnya terlihat kucel dibanding biasanya
Ditatapnya wajahku, dan dengan lirih dia berkata
”adek berantem disekolah”
Aliran darah ku terasa berhenti, aku tak pernah mengajarkannya untuk nakal
Tanpa basa basi aku menyerbunya dengan omelan-omelan tanpa ampunan
Aku melirik kearahnya, dia hanya tertunduk sembari memilin-milin ujung dasinya sesekali mengatakan ”ampun mbak”
Aku masih kalap dan terus membabi buta menghukumnya dengan kata-kata
Pada akhirnya dipenghujung kalimatku, dia mengutarakan pembelaan diri
” mereka mengatakan ke teman yang lain jangan main sama adek, mbak mau tau kenapa? Karena mereka bilang takut ketularan gak punya bapak kayak adek”
Dia menatapku, tersenyum dan bangkit meninggalkanku
Bulir itu tak dapat kubendung
Aku terenyuh, dan merasakan duri yang menancap hatinya dan menyisakan luka kecil yang terasa perih bahkan teramat perih
Dan dia Bungaku
Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar